Bermula dari gua yang ngirim info lucu mengenai promo gratis masuk ke sebuah kebun binatang untuk pengendara motor di salah satu group WhatsApp, namun yang terjadi adalah temen-temen di group WhatsApp malah membahas soal kenangan pernah bekerja di salah satu perusahaan startup yang mungkin sampai sekarang masih start up. Kenangan-kenangan manis pahit pun menyeruak kembali.
Saat itu perusahaan startup ini mendapat sebuah proyek besar atau setidaknya kelihatan besar. Sebuah kebun binatang yang berada di wilayah puncak sana sedang mengadakan sebuah kompetisi foto, lalu perusahaan kita tiba-tiba meransek masuk ke kompetisi foto yang sebenarnya sudah 95% siap jalan. Dengan modal bualan dua arah, akhirnya antara perusahaan dengan klien kebun binatang tersebut setuju untuk bekerja sama. Sebuah kerja sama yang digadang-gadang menjadi pintu masuk untuk proyek-proyek besar lainnya. Walaupun kita semua tahu bahwa itu hanyalah isapan jempol belaka.
Kompetisi foto pun berjalan, ribuan bahkan puluhan ribu foto dari para perserta kompetisi telah disubmit. Sayangnya foto-foto tersebut disubmitnya ke website milik klien (Ya benar, ternyata sang klien sendiri juga udah bangun website khusus untuk submit foto-foto para peserta) hampir tidak ada foto yang disubmit ke website perusahaan startup yang menfokuskan diri sebagai plaform kompetisi online ini. Lalu bagaimana cara supaya puluhan ribu foto tersebut bisa dipindahkan dari website si klien ke website perusahan startup itu? Di sebuah perusahaan yang terdiri dari cukup banyak programer, apa lagi dipimpin oleh seorang contry head yang ngakunya programmer paling hebat se-Indonesia, seharusnya masalah mindahan puluhan ribu foto bukanlah perkara yang terlalu sulit. Programer paling hebat Se-Indonesia loh! Jangan salah.
Maka ide brilian pun muncul. Country Head yang mengaku programer paling hebat se-Indonesia ini memutuskan untuk memindahkan secara manual puluhan ribu foto-foto tersebut. YES! Benar sekali! Memindahkan SECARA MANUAL! Manual secara harafiah. No Joke! Dan akhirnya sebuah divisi pun harus diperas dan ditekan untuk menyelesaikan tugas brilian ini. Puluhan ribu foto kemudian dikirimkan dalam bentuk file, yang sudah difilter berdasarkan nama peserta yang mengupload foto tersebut. Lalu kemudian secara manual kita UPLOAD ULANG foto-foto tersebut di website kita sendiri. Saya benar-benar serius, semua proses tersebut dilakukan manual. Prosesnya dimulai dari bikinin account untuk peserta, dilanjutkan dengan upload foto-foto hasil jepretan peserta, dilanjutkan dengan copy-paste tiap photo caption yang ada.
Saya dan rekan-rekan kerja satu divisi tahu bahwa ini adalah kebodohan dan ketololan. Namun yang lebih menyedihkannya lagi, kita terpaksa harus ikut terlibat dalam kebodohan ini. Apa landasan dari itu semua? Sudah jelas bahwa ini adalah klien besar, dan ini kompetisi besar. Pastinya jika sukses maka kita bisa maju dengan plan kompetisi foto versi kita sendiri. Dimana kenyataanya adalah, setelah kompetisi ini berakhir, sang klien tidak berminat untuk membuat kompetisi lain dengan perusahan start up ini.
Saya terbawa ke masa-masa di mana tim di divisi saya harus banting tulang untuk memindahkan puluhan ribu foto-foto, dari website si klien ke website kita sendiri. Sebuah proses yang dilakukan pagi, siang, sore, malam, subuh selama hampir sebulan dan dikerjakan dibawah tekanan si bapak Country Head yang mengaku Programmer Paling Hebat Se-Indonesia itu. Apalagi ditambah kenyataan bahwa hampir tidak ada peserta yang mensubmit foto-fotonya di website kita langsung. Sehingga 99% foto yang terupload di website kita adalah hasil pindahan besar-besaran dari website si klien. Jelas saja, karena seluruh peserta sebenarnya hanya diarahkan untuk submit fotonya via website si klien langsung, di hari-hari terakhirnya saja diumumkan bahwa foto juga bisa diupload di website kita. Sebuah kesia-siaan.
Lalu ketika semua hal itu berakhir, ketika kompetisi ini berakhir. Tahu kah kalian apa bayaran yang didapat perusahan start up ini? Apakah uang jasa senilai ratusan juta rupiah? Jika kalian berpikir seperti demikian, maka siap-siaplah tertawa, karena bayaran yang perusahaan ini dapat adalah sejumlah voucher yang akan expire dalam waktu tiga bulan lagi. YES, benar sekali! Kita dibayar pake voucher... yang akan basi 3 bulan lagi. Yang hanya bisa dipakai pada weekdays saja! Yes ini bukan bercanda! Itupun masih termasuk untung, karena tadinya perusahaan ini nggak akan dapat bayaran apa-apa sama sekali selain ucapan terima kasih.
Itulah yang didapat dari hasil membual karyawan sales berpaha mulus, dari hasil memaksa masuk ke sebuah aktivitas kompetisi foto yang sebenarnya sudah siap segalanya, dari hasil pemikiran seorang programer paling hebat Se-Indonesia... Sejumlah Voucher. Ditambah kenyataan bahwa sang klien pun tidak berminat untuk mengadakan kerja sama lain dalam membuat kompetisi foto. Saya dan rekan-rekan di divisi saya sebenarnya tidak begitu kaget, karena sudah terlalu sering mendapat kenyataan klien dibikinin kompetisi gratis mulai dari platform, cari partisipan sendiri, hingga hadiah iPhone 5S dari kantong perusahan kita sendiri, lalu dengan harapan sang klien berikutnya mau lanjut bikin kompetisi dengan dikenakan bayaran. Namun pada kenyataanya tidak ada klien yang mau lanjut setelah masa campaign yang gratis selesai.
Dan sekarang, saya dan teman-teman saya mengingat kembali kenangan tolol dan konyol itu dalam tawa canda dan seringai. Menghina habis-habisan diri kita kenapa kita bisa terjebak dalam perusahaan yang penuh kekonyolan itu. Menertawai diri sendiri akan kenyataan bahwa kita pernah bekerja untuk boss yang bodoh dan mau saja dibodoh-bodohi. Sudah lebih dari 2 tahun yang lalu peristiwa konyol itu terjadi, namun sampai sekarang hal itu masih berhasil membuat kita kembali saling menghujat setiap membahas apapun pengalaman bekerja di perusahaan itu. Sebuah pengalaman yang sulit untuk dilupakan, saking tolol dan konyolnya pengalaman itu. Hahaha...
Note : Nama klien tidak saya sebutkan dan nama perusahaan tempat saya pernah bekerja tidak saya sebutkan untuk mencegah mantan Country Head saya mencoba menuntut saya lagi untuk hal-hal konyol.
regards,
There are no comments on post : Pernah Kerja #1
Post a Comment