img:jurnalfootage.net |
Film ini menceritakan masa-masa pelarian Wiji Thukul pada masa-masa orde baru, karena menganut paham yang berlawanan dengan pemerintah. Yes, film ini hanya bercerita mengenai masa-masa pelarian dia saja. Udah itu aja, nggak ada yang lain.
Jika gua telaah, sebenarnya film ini memiliki plot yang sangat dangkal dan singkat sekali. Mengenai masa-masa pelarian seorang aktivis pejuang demokrasi. Dan fokus utama dari film ini ya si Wiji Thukul itu sendiri. Dan sepanjang film yang dibahasa mengenai kehidupan si Wiji Thukul sebagai pelarian. Puisi-puisinya hanya berupa tempelan sebagai instrumen pengisi adegan-adegan tak bermakna yang dibuat hanya untuk manjang-manjangin durasi. Apalagi film ini begitu sepi dan cukup membosankan sehingga beresiko membuat penonton malah memilih melakukan akitivitas lain seperti ngobrol atau main hape. Padahal kalo baca sinopsis film ini, kesannya film ini akan sarat adegan-adegan menarik.
Gua sebenarnya ingin menyukai film ini, jika saja film ini dibuat lebih dalam dan lebih padat. Namun yang terjadi film ini malah menjadi film yang dangkal yang sarat akan plot model "Sebab-Akibat", dan cuma fokus pada kehidupan si Wiji saja dan dilihat dari sisi pribadinya saja. Mungkin penonton yang tahu dengan baik latar belakang Wiji Thukul ini mungkin bisa menikmati film ini karena sudah memiliki fondasi yang baik. Sementara penonton awam yang sama sekali tidak tahu siapa Wiji Thukul ini, sepertinya akan berakhir pada kebutaan dan penyesalan akan 90 menit yang sia-sia.
Score : 3.5 / 10
regards,
There are no comments on post : Movie Review - Istirahatlah Kata-Kata
Post a Comment