Sejauh yang gua ketahui, selama 23 tahun gua hidup di dunia ini. Dua sisi dari uang logam selalu dibuat berbeda ornamen. Seperti uang logam Rp.500,- yang pada satu sisi bergambar lambang negara dan disisi lain bergambar bunga melati disertai tulian 500. Belum pernah gua menemukan uang logam yang memiliki dua sisi yang sama. Mereka selalu dibuat berbeda.
Sama halnya ketika kita melihat sebuah masalah. Harusnya kita menggunakan analogi uang logam tersebut. Kita tidak bisa melihat hanya dari satu sisi saja, tetapi kita seharusnya bisa melihat dari sisi berbeda untuk mendapatkan perspektif baru dalam menyingkapi sebuah masalah. Dan hal inilah yang baru-baru ini kembali gua pelajari dalam hidup gua.
Selama bertahun-tahun gua telah dengan lugunya mempercayai apa yang temen gua ceritakan mengenai pasangannya. Baik buruknya, walaupun banyakan buruknya, sehingga secara alamiah gua terdorong untuk berpandangan tertentu terhadap pasangannya tersebut, padahal pasangannya tersebut adalah teman gua juga. Gua bersahabat dengan si A (cowok) dimana si A mempunyai pacar bernama B (cewek). Setiap hari gua hanya mendengar si A berkeluh-kesah, geli-geli basah mengenai masalah hubungan dia dengan si B. Temen gua si A ini mendoktrin gua untuk membentuk sebuah pandangan negatif terhadap si B, dan memaksakan diri untuk mempercayai bahwa si A lah korban dari putus-sambungnya hubungan mereka.
Satu kesalahan gua yang pada akhirnya gua sadari bahwa, gua mengetahui dengan pasti bahwa gua berteman dengan si B, namun selama ini gua nggak pernah sekalipun membahas hubungan si B dengan si A yang diceritakan dari sudut pandangn si B. Sampai pada akhirnya si A mengakui bahwa selama ini si A lah yang salah. Dan dikarenakan sifat kenakan-kanakan serta ketidakdewasaan si A, dia memanipulasi keadaan dan membuat dirinya adalah korban, dan membuat si B terlihat sebagai pihak yang jahat yang kerap menyakiti si A yang rapuh. Namun pada kenyataannya tidak. Si A lah yang salah, dan si B bukanlah pihak yang jahat.
Gua yang mendengarnya langsung terkejut dan tersinggung juga. Jadi selama ini gua udah berprasangka buruk terhadap si B, padahal kenyataanya si A tidak lebih baik dari si B. Si A telah memanipulasi pikiran gua untuk bersikap negatif terhadap teman gua sendiri, yang selama ini pun nggak pernah berniat merugikan gua. Apa yang telah si A lakukan menimbulkan sebuah kekecewaan pada diri gua.
Lain ceritanya lagi ketika gua berteman dengan salah seorang teman bernama C yang memiliki hubungan kerja dengan si A. Selama ini gua hanya mendengar keluh kesah si C mengenai hubungan kerjanya yang mulai tidak baik dengan si A. Dikarenakan gua sering sekali berkumpul dengan si C jadi waktu gua untuk mendengarkan masalah si C jadi banyak. Sampai gua menaruh rasa simpati gua terhadap si C akibat ketidaknyamanan dia bekerja bersama si A. Sehingga gua berprasangka bahwa si A memiliki sifat pesuruh dan pemalas (walaupun pada kenyatannya agak mirip) serta tidak peduli terhadap keadaan si C. Sampai akhirnya gua memiliki satu kesempatan dimana gua bisa melihat masalah yang sama, namun dari sudut pandang si A, dan gua menyadari bahwa mereka berdua sama aja jeleknya.
Dua kejadian diatas boleh dibilang terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan. Dan dua kejadian itu cukup untuk mengajarkan gua untuk melihat suatu masalah tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Masalah yang kita lihat dari sudut pandangan satu akan terlihat berbeda jika dilihat dari sudut pandang lain. Ada penjelasan, sebab dan akibat, maksud dan tujuan yang berbeda dari tiap sudut pandang, dan itu pada akhirnya yang membuat kita menjadi lebih bijaksana dalam menyelesaikan masalah.
Banyak masalah-masalah yang terjadi diluar sana yang hanya diliat dari satu sudut pandang sehingga membuat kita memberikan penialain yang subjektif, yang kadang merugikan pihak tertentu. Atau peristiwa-peristiwa yang tidak kita teliti dari sisi atau angle yang berbeda, sehingga membuat kita memberikan pandangan subjektif, serta menganggap apa yang sudah terjadi itu salah. Padahal jika dilihat dari sudut pandang berbeda, bisa saja yang terjadi itu adalah suatu hal benar yang memang harus terjadi demi tujuan baik.
Dua kejadian diatas pada akhirnya mengajarkan gua untuk menjadi lebih bijak, mengajarkan gua untuk lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan lain, mengajarkan gua untuk tidak berpikir subjektif, serta mengajarkan gua untuk lebih tahu dan lebih luas dalam memandang sesuatu. Seperti dua sisi mata uang, yang setiap sisinya memberikan perspektif berbeda satu sama lain yang membuat kita bisa melihat keindahan dari mata uang tersebut.
Berbeda itu indah, keseragaman itu membosankan. Lihatlah segala sesuatu tidak dari satu sudut pandang saja, karena dengan begitu kita akan menemukan sesuatu yang menarik.
There are 9 comments on post : Melihat dari Sudut Pandang Berbeda
apakah ini terkait kenaikan harga BBM?
wahhh.....pemikiran yg bijakk Ell...tumben...xixixixi
#edisikomenmintadilemparsandal.....
yah itulah kenapa gue rada sebel sama orang2 yang sukanya bikin stereotipe2 ke orang lain, apalagi kalau itu negatif... :(
katanya orang kreatif biasa berpikir dengan sudut pandang berbeda, jadi berbesar hatilah El, berarti pengalaman negatif bisa mengasah kreatifitas juga...
si A ini temennya si B...
mereka kenal ngga sama si M?
soalnya si M pernah nanya si A ke si P..
(^_^)v
jadi bingung nih, hmm
ah salam kenal aja dah, sukses selalu dan saya tunggu kunjungan baliknya ya :D
wah nih pasti si ellious lagi sibuk yah? tumben2an ga update selama sebulan. huehehhehe
menarik tulisannya..makasih udah share yaa,,:)
nice post,,,,,,,
Post a Comment