Gua Bisa Belah Gunung, Dong. Keren Kan?!

Sabtu malam gua dan temen-temen gua bersama-sama main ke rumah salah satu temen baru gua, yang merupakan temen lama temen-temen gua (pada ngerti kan?!). Disana kita niatnya mau maraton film, cuma karena keterbatasan waktu akhirnya cuma bisa nonton 1 film aja, dan lagi-lagi film yang dipasang itu film Crazy Little Thing Called Love. Huh, filmnya sih emang bagus, cuma gua udah keseringan nonton itu jadinya bosen sendiri, hahaha...

Nah, setelah selesai nonton rencananya sih mau pulang, cuma tertahan karena kakaknya temen gua yang punya rumah ini baru kembali dari entah kemana dia pergi. Maka tertahanlah kita di rumah tersebut untuk kira-kira setengah jam. Kakak dan adik yang punya rumah ini baik kok, cuma ada satu hal yang gak gua suka dari si kakaknya yang baru dateng ini. Ketika dia bercerita, dia memiliki kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri. Dari berbagai cerita yang ia ceritakan selalu soal kehebatan yang dia punya dan capai.

Gua sih ikut kagum dengan apa yang ia banggakan pada dirinya, cuma disisi lain geli juga. Karena ya pada dasarnya gua kurang suka sama orang yang senang membanggakan diri sendiri. Itu seperti mengobral diri sendiri pada saat yang tidak tepat.

Jadi pas selama dia cerita ya gua cuma senyum-senyum aja atau ketawa-ketawa kecil. Padahal dalam hati agak eneg. Seneng amat dia menceritakan sendiri betapa hebatnya dia di masa lalu. Hihihihi...

Gua baru akan bener-bener bangga kalo kehebatan yang dia miliki diceritain sama orang lain.

"Ini looh, si A ini masa bisa belah gunung. Hebat deh, gua aja gak bisa."
"Ah si A mah bilangnya aja gak punya apa-apa, padahal mobil mewahnya udah ada 3; Jaguar, Singa sama Cheeta."
Hati-hati loooh, diem-diem gini si A bisa ngeliat tembus tembok. Apalagi tembok kamar mandi."

Kalo orang lain yang cerita, maka nilai kehebatan yang dia punya akan utuh, serta kredibilitasnya bisa sedikit terjamin, karena orang lain yang bilang. Ini seperti ada endorsement dari pihak ketiga soal kualitas seseorang. Kaya buku, biasanya di cover belakangnya ada masukan-masukan dari berbagai pihak soal kehebatan buku tersebut, yang bikin kita jadi semakin tertarik sama bukunya. Gak mungkin kan penulis novelnya sendiri yang bikin masukan-masukan sendiri soal novelnya sendiri. Kan aneh. Hal yang sama juga berlaku sama orang. Kalo orang lain yang menceritakan tentang kehebatan kita, maka orang yang mendengarkan akan memberikan kekaguman mereka secara tulus, soalnya bukan kita sendiri yang bilang. Kalo kita sendiri yang bilang, yang denger bisa aja bilang, "Ah paling nih orang ngarang, biar keliatan keren." Ya kan? Ya kan?! *asah golok.

Jadi ya, kalo kita pengen diliat keren sama orang. Maka bertingkahlakulah sesuai dengan keadaan diri kita. Jangan lebay dan jangan norak. Kalo orang pengen kagum sama kehebatan kita, maka buktikan, jangan ngomong doang. Lebih baik kita gak banyak omong, tetapi sekalinya kita beraksi, kita sanggup membungkam semua mulut yang melihat kita. Biarkanlah orang lain yang bercerita tentang kebaikan dan kehebatan kita, jangan kita sendiri. Supaya yang mendengarkan lebih percaya.

Namun kalo soal kejelekan kita, hehehe, KALO BISA jangan sampai orang lain deh yang cerita. Mendingan kita sendiri dah yang cerita, biar bisa dipoles-poles dikit supaya gak jelek-jelek amat. Soalnya, kalo soal cerita kejelekan orang, biasanya orang lain bakal menceritakan sejujur-jujurnya bahkan kadang dilebih-lebihkan, udah gitu langsung dipercaya lagi sama yang denger. Butuh contoh? liat saja infotaiment. Wuakakakak...

And, oh ya, satu lagi... membanggakan diri sendiri, beda ya sama narsis. Hehehe... *pembelaan. Kan kalo narsis biasanya cuma buat lucu-lucuaaaan... gitu looooh.... hihihi :p walaupun terkadang ada beberapa kenarsisan yang emang beneran bener. Kaya Ellious Grinsant itu baik hati & tidak sombong serta sayang anak. Imut, lucu, menawan, menggemaskan, bisa diremes-remes. Pada setuju kan? Wuakakakakaka.... piss! :p

Related Posts